Loading

Cara Berhenti Merokok

Setiap orang tahu bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. Merokok juga bisa menjadi pintu gerbang menuju narkoba. Seorang perokok bisa lebih mudah menerima narkoba dibandingkan dengan yang tidak merokok.

Namun, hingga kini jumlah perokok tidak berkurang. Dari beberapa survei,

kebiasaan merokok dimulai dari usia anak-anak dan remaja. Mungkin karena itu seorang perokok merasa sulit untuk menghentikan kebiasaan merokok,karena sudah bertahun-tahun melakukan kebiasaan buruk itu. Rokok sudah menjadi bagian dari hidupnya, dan dia merasakan kenikmatan dari merokok.

Banyak orang telah berusaha berhenti merokok. Ada yang bernazar kalau berhasil berhenti, ada yang mengulum permen untuk menggantikan rokok. Ada pula orang yang melakukan banyak aktivitas untuk melupakan keinginan merokok.

Dari beberapa penelitian selalu ditemukan bahwa 70-80 persen perokok mempunyai keinginan untuk berhenti merokok. Ada yang telah tiga sampai empat kali mencoba, tetapi belum berhasil juga.

Menurut dr Aisah Dahlan, Kepala Unit Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Lemdiklat Polri, kebiasaan merokok sangat sulit ditinggalkan karena rokok mengandung zat nikotin yang bersifat adiktif (ketagihan) bagi tubuh. Walau adiktif yang dikandung rokok tidak seberat adiktif pada narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba), zat adiktif rokok sangat sulit dilepaskan.

“Ada beberapa alasan mengapa kebiasaan merokok sulit dihilangkan.

Pertama, rokok itu legal. Perokok merasa tidak melanggar peraturan dengan merokok. Mereka bisa merokok di mana pun tanpa takut akan ditangkap. Hal ini berbeda dengan narkoba, di mana pecandunya harus bersembunyi untuk menikmati narkoba,” kata Aisah.

Kedua, rokok bisa dibeli dengan mudah di mana pun. Bahkan di warung atau kafetaria rumah sakit pun rokok bisa dibeli. Harga rokok juga cukup terjangkau.

Ketiga, perokok melihat yang merokok tidak hanya dirinya, tetapi banyak orang. Mereka merasa tidak bersalah karena banyak orang melakukan hal yang sama.

“Selain itu, ketagihan rokok masih bisa ditunda. Maksudnya, walau mulut terasa asam, kepala pusing, atau tanda-tanda ketagihan lain muncul, seorang perokok masih bisa menunda keinginan merokok jika tempat atau waktunya tidak memungkinkan untuk merokok. Berbeda dengan narkoba, di mana kebutuhan tubuh akan narkoba tidak bisa ditunda. Tingkat ketagihan yang ringan ini membuat orang memandang enteng akan bahaya ketagihan rokok,” jelas dokter yang aktif memberikan konseling dan penyuluhan soal narkoba ini.

AISAH mengakui sangatlah sulit untuk menghentikan kebiasaan merokok. Namun, kebiasaan merokok itu bisa berhenti kalau perokok mempunyai motivasi diri untuk berhenti merokok.

“Ada cara yang mudah dilakukan untuk berhenti merokok, yakni dengan mengandalkan kekuatan otak. Atau dengan kata lain, menata ulang pikiran bawah sadar. Caranya sangat sederhana. Pertama, kita mengatakan kepada diri sendiri bahwa kita berhenti merokok dan kita hidup sehat. Hal ini bisa disebut sebagai afirmasi diri atau niat,” kata Aisah.

Kalimat yang dikatakan pada diri sendiri haruslah mengandung 3P, yakni personal, present tense, dan positive. Maksudnya, kalimat itu harus memakai kata saya (personal), dengan menggunakan struktur waktu saat ini (present tense). Jadi, mereka yang ingin berhenti merokok itu tidak menggunakan kata-kata ingin atau akan. Mereka juga harus menggunakan kata-kata positif (positive), bukan dengan kata-kata tidak atau jangan. Contohnya, saya hidup sehat.

“Alam bawah sadar lebih menerima kalimat positif seperti ini dibandingkan kalimat yang menggunakan kata-kata negatif seperti ?saya tidak ingin merokok lagi?,” jelas dia.

Setelah itu, bayangkan niat tersebut tidak dalam kata-kata, tetapi pada kejadian. “Jangan bayangkan tulisan ?saya berhenti merokok?. Tetapi, bayangkan kejadian bahwa saya telah berhenti merokok dan saya hidup sehat karena tidak merokok lagi. Bayangkan apa yang didapatkan dengan hidup sehat tanpa rokok,” dia menambahkan.

Proses afirmasi dan membayangkan ini harus dilakukan lima kali sehari dan minimal selama 21 hari. “Namun, sebelum melakukannya, tubuh dan pikiran kita harus dalam keadaan nyaman dan tenang. Gelombang otak berada dalam gelombang alfa, di mana otak merasa santai dan rileks,” jelas Aisah.

Cara berhenti merokok dengan mengandalkan kekuatan otak ini juga melatih otak kanan dan otak kiri bekerja seimbang. Proses afirmasi dan membayangkan menjalankan kedua fungsi otak. Otak kiri yang antara lain berfungsi untuk analisa dan bahasa digabungkan dengan fungsi kreatif dan imajinasi dari otak kanan.

“Dengan menggabungkan fungsi kedua belah otak ini, pesan yang disampaikan ke diri kita 10 hingga 60 kali lebih cepat sampai,” ucap dia.

Aisah yakin kekuatan otak sangat membantu perokok yang ingin berhenti merokok. Bahkan, cara ini bisa juga dipraktikkan pada keinginan-keinginan yang lain. Kalaupun dia tidak berhasil menghentikan kebiasaan tersebut, mungkin karena usahanya yang tidak cukup kuat, setidaknya dia akan merokok dengan santun. Misalnya, tidak merokok di tempat umum atau dekat dengan orang lain yang tidak merokok.

“Ingat, semua rokok dan narkoba yang berasap berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok atau tidak mengisap narkoba. Risiko yang dihadapi mereka sama besarnya dengan perokok atau pecandu narkoba,” katanya menegaskan.

Sumber : Kompas Cyber Media, www.depkes.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar