Loading

Bisnis Air Minum Isi Ulang

Mencoba bisnis baru dibidang air minum isi ulang, untuk berbisnis air minum isi ulang ini ternyata tidak dibutuhkan modal yang terlalu besar, hanya saja dibutuhkan tempat yang strategis. Tempat yang strategis ini ternyata dapat mendongkrak penjualan sampai 50 % selain harga tentunya yang lebih kompetitif, karena orang

sangat interest sekali untuk mendapatkan perbedaan harga walaupun kalau kita lihat perbedaan harga itu tidak signifikan berbeda, bisa dibilang bisnis ini mirip dengan jual voucer isi ulang, orang akan mencari tempat pengisian walaupun perbedaan harga bisa dikatakan tipis dan hampir ngga jauh beda. Bisnis air minum isi ulang ini entah siapa penggagas duluan, dikarenakan harga air minum A*q*a makin kesini semakin tinggi saja, dan bahkan air kemasan botol sekali minumpun makin keseni makin mahal saja walaupun kandungan mineral yang terdapat pada air minum ini boleh dibilang tidak jauh berbeda.
Jika anda ingin terjun dalam bisnis air minum, berikut gambaran perhitungannya :

Harga Air Mineral isi ulang = Rp.4000

Harga Air Hexagonal = Rp.8000

A. Ilustrasi (1)

suatu depot / outlet setiap hari rata-rata mendistribusikan 100 galon air mineral isi ulang :

1 Hari : 100 x 4000 = 400.000 , 30 Hari : 400.000 x 30 = 12.000.000

Biaya Operasional (Maintenance, Bahan Baku, Listrik, Pegawai 2 orang) = +/- 4.000.000

Bersih = 8 Juta / bulan

B. Ilustrasi (2)

Jika rata 100 galon perhari dimana 20% nya terjual Air minum Hexagonal (Non Mineral)

1 Hari : 80 x Rp.4000 = 320.000

20 x Rp.8000 = 160.000

30 Hari : 320.000 x 30 = 9.600.000

160.000 x 30 = 4.800.000

= 14.400.000

Biaya Operasional (Maintenance, Bahan Baku, Listrik, Pegawai 2 orang) = +/- 4.000.000

Bersih = 10,4 Juta / bulan

Lumayan bukan?
Namun ternyata tidak sedikit yang membuka usaha pengadaan air minum ini gulung tikar alias bangkrut. Kebangkrutan itu pasti ada sebabnya.Beberapa penyebabnya adalah:

1. Kurang menjaga kebersihan. Terkesan Kumuh (Please deh jorokk bgt sech)
2. Volume penjualan tidak diimbangi dengan perawatan, maintenance yang baik. Biasalah org indonesia... ngejerrr untung gede mulu cape deehhh.
3. Sumber air dari tanah bukan dari mata air pegunungan.
4. Tidak jujur kepada pelanggan mengenai proses pengolahan bahan baku air menjadi air yang layak di minum.
5. Mengabaikan kebersihan sebagai bagian dari kesehatan.
6. Kurang Inovasi Layanan. Ga ada program pemasaran monoton

Coba konsep isi depot isi ulang air minum di rubah bukan depot, tetapi perlu terobosan seperti :

1. Konsep Depot di ubah menjadi Outlet, seperti : Outlet Air Mineral Refill Station
2. Paradigma Convenience store, meniru konsep Circle K, kenapa tidak ??
3. Proses yang Transparan layaknya J.CO, Bread Talk, Haus Tea, semua proses bisa dilihat oleh pelanggan.
4. Identitas Personil penjual Seragam, Bersih, Rapih Serta memiliki atribut khan lebih Ok tuhh
5. Keramahan, sikap santun petugas / pegawai..
6. 24 Hours Service (sudah ada loh yg buka 24 Jam)
7. Distribution direct to customer ( harus punya kendaraan Operasional)
8. Uji kualitas air minum kita secara berkala/ periodik 6 bulan sekali ke lembaga / laboratorium kesehatan, kemudian display hasil Lab. tersebut tuh di depan Outlet..
9. Yang utama Bersih, jauh dari debu - Place (salah satu bagian 4P) berperan terhadap keputusan pembelian oleh kastemer. Klo jorok, kotor, debu di mana-mana sape yg mau beli? Kecuali yg belinya kaga peduli kesehatan dan kebersihan.
10. Buat Tempat Khusus / Area Pencucian Galon (cuci luar dalam) menggunakan antiseptic. Intinya sebelum masuk area Outlet sebisa mungkin Galon dalam keadaan bersih, steril, kaga berdebu, kaga berlumut, mengkilat, kinclong
11. Jelaskan kepada pelanggan seluruh proses dari awal mengenai : Sumber Air, Bahan Baku, Proses Pegolahan (Jelaskan tahapannya), Ajak konsumen melihat seluruh proses, Proses maintenance-nya bagaimana ? -> Sebagai bagian edukasi kepada calon pelanggan dan pelanggan eksisting.
12. Jujur, Menerima saran dan kritik
13. Differensiasi jasa / layanan.
Mudah-mudahan dapat berkembang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar